Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Seorang Ahli Psikologi
Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Seorang Ahli Psikologi – Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui prosedur ilmiah. Seseorang yang melakukan praktik psikologis disebut sebagai psikolog.
Para psikolog berusaha utk memperbaiki kualitas hidup seseorang melalui intervensi tertentu baik pada fungsi mental, perilaku individu maupun kelompok, yang didasari atas proses fisiologis, neurologis, dan psikososial.
Erik Erikson adalah seorang ahli psikologi yang lahir pada tahun 1902 di Jerman. Nama Erik menjadi dikenal banyak orang setelah dia mengemukakan teorinya tentang aplikasi idn poker open card tahap perkembangan psikososial seorang manusia dari lahir hingga tua. Teori ini diterima banyak psikolog lainnya karena dianggap sangat menggambarkan perkembangan psikososial seseorang.
1. Fase Bayi (0-18 bulan)
Krisis atau konflik utama yang di alami pada fase ini adalah rasa Percaya vs Curiga, di mana pada tahap ini berperan besar dalam menentukan apakah dia akan mudah percaya atau curiga kepada orang lain. Orang yang paling berperan penting pada fase ini adalah ibu atau orang lain yang berperan sebagai ibu.
Aktivitas utama yang di lakukan pada fase ini adalah ketergantungan pada ibu dan mengekspresikan rasa frustasinya. Selain itu pada fase ini, bayi tersebut seringkali merasa takut pada lingkungan sekitar terutama yang tidak di kenalnya dengan baik.
2. Fase Kanak-Kanak (18 bulan – 3 tahun)
Krisis utama yang di alami pada fase ini adalah Otonom vs Malu-malu, di mana fase ini banyak menentukan rasa percaya diri dari sang anak saat beranjak dewasa nanti. Pada fase ini, sosok yang paling berperan penting adalah kedua orangtua atau sosok yang di anggap orang tua.
Aktivitas utama yang di lakukan pada fase ini adala bicara, berjalan, harapan yang menonjol, dan mulai belajar untuk menunda kesenangan. Pada fase ini, anak-anak cenderung stres apabila berpisah dengan sosok ibu.
3. Fase Awal Anak Kecil (3-5 tahun)
Pada fase ini seluruh anggota di keluarga sang anak sangat berperan besar dengan pertumbuhan sang anak. Krisis emosi yang paling di rasakan pada fase ini adalah Inisiatif vs Rasa bersalah, di sinilah sang anak belajar banyak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh serta mencoba untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri.
Aktivitas atau perilaku utama yang menonjol pada fase ini adalah bertambahnya kosakata yang di kuasai dan mulai melakukan interaksi dengan kelompok sebaya. Namun, pada fase ini anak-anak cenderung merasa bersalah dan minder yang di ekpresikan dengan menjauhi kelompok atau menangis.
4. Fase Anak Kecil (5-13 tahun)
Pada fase ini, krisis utama yang di alami adalah rasa Percaya diri vs Rendah Diri terutama ketika berada dalam kelompok sebaya. Hal ini juga di dasari oleh fakta bahwa pihak yang sangat berperan adalah sekolah dan tetangga, di mana komunitas anak tersebut sudah meluas dan tidak terbatas pada anggota keluarga lagi.
Pada fase ini sang anak cenderung lebih aktif secara fisik dan lebih kompetitif sehingga mereka lebih menyukai aktifitas yang bersifat kompetitif seperti olahraga, game, dll. Namun, perlu berhati-hati karena pada fase ini sang anak akan sangat aktif dan sangat marah jika ada pembatasan. Di sini orang tua harus bijak dalam mengatur aktifitas sang anak.
5. Fase Remaja (13-21 tahun)
Fase ini adalah fase paling banyak menghabiskan tenaga bagi orang tua karena pada saat ini krisis utama yang di hadapi adalah Identitas vs Kekacauan Peran, di mana mereka sedang berusaha mencari jati diri dan memiliki emosi yang tidak stabil. Sosok yang berperan pada fase ini adalah kelompok dan model kepemimpinan, sehingga di fase ini sang anak akan mudah terbawa emosi kelompok dan nekat melakukan aksi berbahaya atas nama kelompok.
Pada fase ini juga sang anak memiliki hasrat seksual yang lebih aktif sehingga patut di berikan pengertian yang baik mengenai hubungan seksual. Selain itu, keinginan untuk mencari identitas dan menjadi sosok yang berguna membuat mereka marah jika harus tergantung pada orang lain.
6. Fase Dewasa (21-40 tahun)
Setelah melewati fase remaja, kini sang anak telah menjadi dewasa dan memiliki emosi yang lebih stabil. Namun, pada fase ini tetaplah ada krisis yang di alami yaitu Keintiman vs Isolasi di mana pada fase ini orang tersebut sedang berusaha mencari pasangan atau justru menjauhkan dirinya dari berbagai macam hubungan, semuanya tergantung dari berbagai pengalaman yang di alaminya.
Oleh karena itu, sosok yang sangat berperan pada fase ini adalah pasangan lawan jenis di mana stres utama yang di alami pada fase ini biasanya berhubungan dengan lawan jenisnya seperti takut jika bercerai/putus. Tidak hanya mencari pasangan, di fase ini orang tersebut juga sibuk membangun karir dan mencapai tujuan hidup.
7. Fase Paruh Baya (40-60 tahun)
Setelah mengalami berbagai macam hal dan masalah. Di fase ini seseorang memiliki krisis utama Peduli dan Pemandu Keturunan vs Stagnansi. Di mana orang tersebut cenderung suka berbagi pengalaman dan ilmu. Serta ingin meninggalkan suatu warisan. Namun demikian adanya kemungkinan seseorang justru merasa tidak berguna. karena pernah mengalami kegagalan besar di hidupnya.
Pada fase ini keluarga kembali memiliki peran yang penting dalam hidupnya. Selain itu institusi atau pekerjaan tempat dia bernaung juga berperan besar. Hal utama yang di lakukan pada fase ini umumnya adalah sibuk membuat ide untuk generasi masa depan. Dan mencapai tujuan hidupnya. Sedangkan, hal yang dapat membuatnya sangat stres adalah adanya interupsi pada pekerjaannya dan perpisahan keluarga.
8. Fase Lansia (>60 tahun)
Akhirnya tibalah kita pada fase akhir kehidupan manusia yaitu fase lansia. Di mana krisis utama yang di alami pada fase ini adalah Integritas vs Putus Asa. Rasa integritas cenderung muncul karena adanya rasa tanggung jawab yang besar akan peran yang di dapatnya. Selama masa muda sedangkan seringkali rasa putus asa ini muncul karena perasaan kecewa atas ketidak berhasilan yang pernah di alaminya.
Pada fase ini, sosok yang berpengaruh adalah siapapun yang dapat membuat dirinya merasa berguna. Oleh karena itu, untuk kamu yang memiliki lansia di rumahnya. Usahakanlah untuk selalu mengucapkan “terima kasih” untuk segala bantuan yang di berikannya meski sekecil apapun. Karena ucapan terima kasih tersebut membuat seseorang merasa dirinya berguna.
Pada fase lansia ini, aktivitas utama yang paling di senanginya adalah berbagi pengalaman. Sehingga mereka akan sangat senang jika ada teman bicara. Sedangkan hal yang paling membuatnya stres adalah perasaan tidak berguna lagi oleh orang-orang di sekelilingnya.
Nah, jadi itulah 8 tahap perkembangan psikososial seperti yang di kemukakan oleh Erik Erikson. Apabila kamu perhatikan perkembangan emosi seseorang berkaitan erat dengan fase pertumbuhannya dari bayi hingga lansia.